Gadis di Bawah Hujan
Gelap mendung selimuti
langit malam, menjatuhkan tetes-tetes air dalam jumlah tak terbilang.
Sesekali gelegar petir memecah langit. Kilat turun memainkan kedipan cahaya di kengerian malam. Di bawah deras hujan aku melihat seorang
gadis muda bergaun biru pucat berlari menuju jembatan tidak jauh dari
tempatku berteduh.
"Kau kedinginan?" tanyaku begitu berada di samping gadis itu sembari menutupi
pundaknya dengan jaket kulitku. Meski luarnya basah setidaknya bagian
dalam jaket masih cukup kering. Demi gadis itu aku rela serbuan hujan
membasahiku.
Si gadis terkejut,
menatapku penuh curiga. Tatapan kami beradu. Aneh, begitu melihat tatapan matanya waktu seolah
melambat. Ada perasaan yang mengagumkan berdesiaran. Kulihat wajahnya yang pucat lantaran kedinginan, dan di kedalaman matanya bisa kulihat
ada sinaran redup. Tidak kusangka, gadis berparas indah ini menyimpan
kegelapan duka di dalam sana.
"Eumh, dari tadi kau
memandangi sungai di bawah sana, aku khawatir akan terjadi hal yang
tidak diinginkan. Dan kebetulan aku tengah berteduh dan berada tidak jauh, makanya aku segera kemari," kataku menjawab tatapan kecurigaannya.
"Terima kasih," ucapnya pelan lalu kembali memandangi sungai sambil mendekap tubuhnya sendiri.
Sebenarnya ingin sekali
kutanyakan, kenapa malam-malam begini dia rela bermandi hujan cuma untuk
berdiri memandangi derasnya aliran sungai. Tapi aku ragu.
"Mau kuantar pulang?" tawarku. Gadis itu menggeleng.
Gadis rupawan, aku yakin
danau matanya sudah membanjir di bawah hujan. Aku tatapi wajah sendunya
dari samping. Rasanya enggan sekali berpaling. Sepertinya hatiku sudah
begitu tertawan sejak tatapan pertama tadi. Getaran aneh yang belum
pernah kurasakan sebelumnya tak berhenti mengalun di detak dadaku.
Semacam senandung nan merdu dan indah. Semacam ada kebahagiaan yang
menyentuh sekujur tubuhku. Cintakah?
Dulu, aku menganggap
jatuh cinta pada pandangan pertama hanyalah mitos. Namun saat pertama
kali melihatnya, semua anggapanku musnah. Aku belum mengenalnya, tapi aku bisa
jatuh cinta padanya pada pertemuan pertama. Gadis, sepertinya hatiku jatuh sedalam-dalamnya.
Sembari terus memandangnya, bisikan batinku merayu pada tetes hujan yang menari di dekat telinganya. "Hujan, tolong sampaikan perasaanku padanya!"
Sembari terus memandangnya, bisikan batinku merayu pada tetes hujan yang menari di dekat telinganya. "Hujan, tolong sampaikan perasaanku padanya!"
Bledaarr!!!
Petir membalas gelegar batinku.
Petir membalas gelegar batinku.
Wuzzzz!
Angin membelai hatiku.
Angin membelai hatiku.
Aneh, tiba-tiba saja ada
yang menggelitik jiwaku. Kemudian di kepalaku muncul semacam satuan kata namun pecah berkeping
saat bibirku hendak menyuarakannya. Jadilah hatiku yang berteriak:
Kemarilah, Cinta
Peluk tubuhku
Biar kulumat habis mendung dukamu.
Tatap mataku, Cinta
Biar kuhapus segala luka
Biarkan sedihmu terlupa.
Tak ada kata yang bisa kuucap,
Maka pada hujan di bawah gelap
Pada jembatan yang terlelap
Kutitipkan sejuta harap.
Cinta,
aku jatuh dalammu
jatuh sedalam-dalamnya ...
Aku bukan pujangga atau semacamnya. Entah, bait-bait itu terlontar begitu saja.
Beginikah perasaan orang yang tengah merasakan jatuh cinta? Aduhai, indah nian. Bahkan kata-kata bisa jadi begitu menawan.
Beginikah perasaan orang yang tengah merasakan jatuh cinta? Aduhai, indah nian. Bahkan kata-kata bisa jadi begitu menawan.
Wuzzzz! Bledarrr!
Angin dan petir bersahutan, seolah menanggapi untaian kata hatiku. Aku tersipu.
Angin dan petir bersahutan, seolah menanggapi untaian kata hatiku. Aku tersipu.
Dalam bisu si gadis
menunjuk ke sungai deras di bawah jembatan. Mataku mengikuti arah
telunjuknya. Tiba-tiba dia menangis. Bibirnya bergetar seperti hendak
mengucapkan kata namun terasa berat.
Tanganku meraih pundaknya, "Katakan saja!"
"Tu- tu ..." Terbata. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Tangisnya semakin pecah.
Aku tak tahan lagi. Kutarik dirinya kedalam pelukku. Membiarkan dia melepaskan semua tangisnya di dadaku. Membiarkan semua resahnya melebur dalamku. .
Aku tak tahan lagi. Kutarik dirinya kedalam pelukku. Membiarkan dia melepaskan semua tangisnya di dadaku. Membiarkan semua resahnya melebur dalamku. .
Wuzzzz!!
Angin memeluk hujan. Pohon-pohon menari. Alam bernyanyi. Bahkan alam sekelam ini bisa teramat syahdu tatkala si gadis semakin tenggelam dalam pelukanku. Dan dia seperti menemukan kenyamanan di debar dadaku.
Angin memeluk hujan. Pohon-pohon menari. Alam bernyanyi. Bahkan alam sekelam ini bisa teramat syahdu tatkala si gadis semakin tenggelam dalam pelukanku. Dan dia seperti menemukan kenyamanan di debar dadaku.
"Tubuhku
... " dalam peluk hangatku si gadis melanjutkan ucapan yang terputus
tadi setelah dirinya mulai tenang, "tubuhku tenggelam di sungai itu."
Bledarrrrrr!!!
Petir menyambar jantungku.
Petir menyambar jantungku.
Usai.
ATAU